Friday 25 January 2013

my first


“Nenek nenek ayo kita bermain!ayo nek!”ucap seorang anak kecil dengan riang sambil menarik-narik tangan neneknya.
“Baiklah!ayo kita main anak manis.” Jawab si nenek sambil memegang tangan cucunya. KRIIIIIIIING KRIIIIIIING terdengar suara telepon. Anak kecil itupun berlari lari dengan semangat untuk mengangkat telpon tersebut.
 “Hallo?”ucap seseorang diseberang sana.
“Ya?ini siapa”ucap suara kecil yang mengangkat telepon
 “Apa ini keluarga Bapak Ramli?”
“Ya benar. Ada apa buk?” jawabnya getar
“Ini dari rumah sakit mengabarkan bahwa Bapak Ramli dan Buk Ramli mengalami kecelakaan”
PRAAAAAAK  ganggang telepon yang dipengang anak tesebut pun jatuh kelantai. Seketika sunyap, Lalu tetes air matapun jatuh membasahi pipi mungil anak kecil ini. Matanya terpejam. Nenek langsung heran melihat ekspresi cucunya. Nenek langsung mengahampiri telepon dan mengambil ganggang telepon yang tergantung itu. Dan meletakkan ganggang telepon ketelinganya. Nenek pun terkejut mendengar informasi yang didengarnya. Nenek langsung memeluk erat cucunya dengan sedih. Lalu hanya ada suasana yang begitu sunyap dan tenang.

                                                                   ***

Diatap gedung yang sunyi, Nana duduk menyandar di atap lantai gedung sekolahnya. Ini memang kebiasaan Nana duduk menyendiri diatas gedung sekolahnya sendiri. Nana jarang masuk pelajaran di sekolah,tetapi anak ini bukan anak nakal yang suka bolos dalam pelajaran. Entah apa yang membebani pikirannya. Sambil memandangi langit biru yang cerah Nana berkata, Mama papa,apa kalian benar-benar sudah tiada? apa Nana hanya sendiri? kenapa kalian meninggalkan Nana sendiri?. Itulah kata kata yang terucap dari bibir Nana saat itu. Ternyata itulah yang ia pikirkan. Orang tua Nana meninggal karna kecelakaan 6 tahun yang lalu, saat itu Nana masih berumur  10 tahun. Kecelakaan yang menelan jiwa orang tuanya itu membuatnya menjadi seperti ini. Hidupnya benar-benar kacau.Dulu sebelum orang tuanya meninggal Nana adalah seorang anak yang ceria dan sekarang semuanya telah berubah.Nana adalah anak kecil berumur 10 tahun yang menjatuhkan ganggang telepon 6 tahun yang lalu karna kabar meninggalnya orang tuanya. Tetapi sekarang Nana telah duduk di kelas 2 SMA. Nana adalah anak yang baik, cantik, berbadan mungil tetapi sangat pemberani.

***

TEEEEEEEET TEEEEEEET TEEEEEEET bel tanda pertukaran pelajaranpun berbunyi. Nanapun menuruni tangga,berjalan menuju kelasnya. Nana duduk di kursi barisan paling belakang,dia memang suka duduk dibelakang sendiri. Lalu gurupun masuk ke kelasnya. Tetapi guru ini membawa seorang anak laki-laki. Laki-laki ini tinggi,putih, berhidung mancung dan penampilannya pun dapat menyihir para wanita, wajar saja murid-murid cewek di kelas Nana heboh. Tetapi Nana hanya bersikap biasa-biasa saja.
“Selamat siang anak-anak,kalian mendapat teman baru di kelas ini” lalu guru ini mempersilahkan anak baru tersebut memperkenalkan dirinya.
“Hai nama saya Vino. Saya pindahan dari salah satu SMA di Bandung dan mulai saat ini saya akan bersekolah dan belajar di kelas ini. Mohon bantuannya.” Sambil tersenyum. Vinopun heran melihat seorang cewek yang duduk dibelakang itu,yang dimaksudnya adalah Nana. Semua cewek di kelas tersebut terpesona melihat vino dan mengajak vino untuk duduk bersama.  Semua cewek tersenyum kepada Vino dan Vino hanya membalas dengan senyuman juga.
“Silahkan duduk Vino” kata guru tersebut mempersilahkan murid barunya duduk. Vinopun terus berjalan lurus kebelakang, dan ternyata dia berhenti dibangku Nana.
“Boleh nggak duduk disini?” Vino bertanya dengan lembut sambil tersenyum. Tetapi Nana hanya membalas dengan tatapan tidak suka. Tapi tatapan Nana itu tidak mempengaruhi Vino, Vino tetap duduk dengan Nana. Padahal dikelas ini ada tiga bangku kosong,tetapi Vino malah memilih duduk disebelah Nana. Semua anak cewek di kelas Nanapun melihat Nana dengan kesal karna Vino memilih duduk disebelahnya.
“Kenapa dia malah duduk dengan cewek aneh itu?” ucap salah satu cewek di kelas tersebut dan murid-murid cewek yang lain melihat ke Nana dengan tampang kesal.
“Hai,nama saya Vino. kamu?” sambil melepaskan ranselnya.
“Udah tau, tadi didepan kelas kan udah perkenalkan diri. Kamu bisa manggil aku Nana.”
”Hahaha iya deh Nana.” ucap Vino seperti sudah akrab dan kenal lama dengan Nana. Pelajaranpun berlangsung dengan tenang seperti biasa. Nana dan Vinopun tidak saling bicara lagi. 
TEEEEEEEEET TEEEEEEET TEEEEEEEEET bel istirahatpun berbunyi. Nanapun langsung berdiri keluar dari kelasnya,begitu pula dengan yang lain. Nana langsung berjalan menuju kantin. Di jalan menuju kantin Nana menoleh kebelakang. Ternyata Vino mengikuti  Nana dari tadi.
“Ada apa?” Tanyanya heran
“Yaaaaa gue belum tau tempat –tempat di sekolah ini. Kalau nyasar gimana?mau tanggung jawab?”
Dengan cueknya, Nana kembali menoleh kedepan dan kembali berjalan menuju kantin. Lalu mereka makan bersama dimeja yang sama. Selesai makan, Nana kembali ke kelasnya dan Vino masih mengikutinya dari belakang . Dikelaspun Vino selalu menatap Nana sambil tersenyum. Pastinya itu membuat Nana jadi kesal, tetapi Nana hanya diam sambil memasang wajah kesalnya. Tetapi itu tidak membuat Vino berhenti melihatnya, malah sebaliknya, Vino makin menatap Nana dengan tatapan tajam dan senyumannya. Pelajaranpun berlangsung kembali seperti biasa.
Sampai akhirnya bel pulangpun berbunyi. Sekejap kelas Nana kosong, Hanya tinggal Nana dan Vino. Nanapun keluar dari kelas dan pulang kerumahnya.Sejak orang tuanya meninggal, Nana tinggal bersama Neneknya, Nana tidak memiliki saudara. Sekarang Nana hanya tinggal berdua dengan Neneknya.
“Mata-mata ya?”mendadak Nana menoleh kebelakang
“Hahaha ya enggaklah”
“Mau ngapain haa?”tanyanya heran
“Kebetulan rumah kita searah,jadi nggak ada salahnyakan bareng.” Vinopun berpindah ke sebelah Nana.

Sesampainya di rumah Nana,Vino masih mengikuti Nana.
“Kenapa masih ngekor?”
“gue tinggal disini.”
“Haaaaah?”Nanapun terkejut sambil berlari kedalam rumah mencari neneknya. Lau Nana menoleh ke motor besar yang ada di halaman rumahnya, Nanapun semakin heran karna dia tidak punya motor.
Akhirnya neneknya menjelaskan semuanya, untuk sementara Vino tinggal serumah dengan Nana karna Nenek Nana dan Neneknya Vino berteman sudah sangat lama. Untuk sementara Neneknya Vino menitipkan cucunya di rumah sahabat karibnya, yaitu Neneknya Nana. Sebenarnya nenek bermaksud agar Nana tidak kesepian. Wajar saja Nana tidak tahu hal ini,Karna Nana jarang dirumah,pagi-pagipun Nana sudah berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Pastinya Nana semakin kesal. Hari ini memang hari yang sial bagi Nana, Nanapun mengerutu didalam hatinya sambil menaiki tangga menuju kamarnya dan membanting badannya di kasur sambil menatap langit-langit kamarnya dan akhirnya Nana tertidur.
“Sudah biarkan saja, Dia memang begitu. Kamu istirahat saja dikamar dulu.” Ucap nenek yang melihat Vino memandangi kepergian Nana dengan rasa berasalah.
“Iya, terimakasih nenek.” Sambil tersenyum. Lalu berjalan menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Nana.Dikamar, Vino selalu kepikiran hal yang tadi, ia benar benar merasa bersalah. Lalu Vino berbicara sendiri.
“Beda, unik. Makin dia cuek, gue makin tertantang.” Pikir Vino sambil tiduran dikasurnya. Lalu Vino berjalan keluar kamar menuju ke kamar mandi. Selesai mandi, tanpa sadar Vino berjalan menuju kamar Nana dan berhenti tepat di depan pintu kamar Nana, lalu Vino menggenggam tangannya dan mengayunkannya ke pintu dengan ragu. Tiba tiba pintu itu terbuka. Secara refleks, Vino menjatuhkan tangannya dengan wajah terkejut. Ternyata Nana yang membuka pintu itu.
“Sedang apa disini hah?” ucapnya sambil mendongakkan kepala karna Vino jauh lebih tinggi darinya
“Kebetulan lewat.” Dengan cemas dan pergi ke kamarnya sambil mengambil nafas lega. Dengan heran Nana menatap kepergian Vino dan langsung pergi menuju meja makan, karna ini sudah saatnya makan malam. Dimeja makan sudah tersusun rapi makan makanan. Nanapun langsung membantu nenek menyiapkan piring.
“Panggillah Vino, ini sudah saatnya makan malam.” ucap nenek dengan lembut.
“Tapi nek….” Melihat sorot mata nenek yang lembut memohon,hati Nanapun luluh. Akhirnya Nana berjalan menuju kamar Vino. Lalu Nana mengetok pintu kamar Vino dengan ragu. Vinopun membuka pintu kamarnya. Ketika melihat Nana yang beriri di depan kamarnya, Vino menatap Nana dengan mengangkat alis seperti bertanya,ada apa?
“Makan malam.” Ucap Nana singkat dan langsung membalikkan badannya, berjalan menuju meja makan. Vinopun tersenyum melihat tingkah Nana sambil mengikuti Nana dari belakang. Dan merekapun makan bersama seperti layaknya sebuah keluarga kecil.
“Bagaimana dengan hari pertama di sekolah barumu?” ucap nenek, mencoba memulai pembicaraan.                                                                                                                           “Baik baik aja kok nek. Malahan saya duduk sebangku sama Nana” jawab Vino sambil tersenyum menatap Nana. Nanapun balas menatap Vino sambil memicingkan matanya karna kesal. Gimana nggak kesal udah duduk sebangku, serumah, sebelahan kamar pula, mulai hari ini dia akan berhadapan dengan Vino setiap hari.
“Sudah sudah” ucap nenek menyadari sesuatu diantara mereka dan berusaha menenangkan suasana. Dengan kesal Nana berjalan menuju kamarnya. Wajah Vino yang tadinya tersenyum, kembali menjadi tatapan mata yang merasa bersalah. Saat ini Vino benar benar merasa bersalah, ia tidak tahu apa yang membuat Nana kesal terhadapnya. Vino merasa kehadirannya telah merusak suasana di rumah ini.
“Orang  tuanya meninggal karna kecelakaan enam tahun yang lalu, karna itu dia jadi seperti sekarang ini. Kasihan dia, dia sangat butuh kasih sayang kedua orang tuanya itu. Dia sangat kesepian, jadi maklum sajalah jika dia bersifat seperti itu. Nenek juga bingung menghadapinya. Sepertinya dia belum merelakan kepergian orang tuanya.”  Ucap nenek sambil meneteskan air mata. Lalu Vino mendekat ke nenek untuk menenangkan nenek.
“Kasihan dia, dia sangat kesepian” ucap nenek lagi.

 Dikamarpun Vino selalu kepikiran kata kata nenek.
“Ternyata begitu” ucapnya berbicara sendiri sambil berjalan ke balkon kamarnya. Ternyata Vino melihat Nana dibawah sedang memain mainkan air di kolam renang. Vinopun menghampiri Nana.
“Hey!”
“Orang ini” ucap Nana dalam hati dengan kesal.
“Kenapa selalu menyendiri?”
“Apa orang ini benar-benar tidak sadar kesalahannya?” ucap Nana dalam hati lagi
“Helloo? Disini ada orang yang berbicara.” Ucap Vino, karna dari tadi ia mengajak ngobrol, tetapi Nana hanya diam saja.
“Apa urusannya sama kamu!” ucap Nana dengan kesal
“Emang nggak ada urusannya, tapi gue peduli”
Kata kata peduli yang diucapkan Vino membuat Nana terkejut dan pergi ke kamarnya.
“Oh iya! Jangan bilang siapa-siapa kalau kita serumah. Kalau ada yang tahu,liat saja nanti!” ancam Nana. Di kamarnya Nana berjalan ke balkon kamarnya, dan ia melihat Vino masih duduk di pinggir kolam renang.
“Apa yang diinginkannya?” ucap Nana berbicara sendiri. Masih terniang niang dipikiran Nana, kata-kata yang diucapkan Vino.
“Peduli? apa maksudnya?” ucap Nana berbicara sendiri. Lalu Nanapun tertidur di balkon kamarnya itu.
“Anak itu sangat berbeda dan susah didekati” ucap Vino berbicara sendiri. Lalu Vino melihat ke balkon kamar Nana yang berada tepat disebelah balkon kamarnya, lalu ia melihat Nana tertidur disana. Vinopun langsung ke kamar Nana. Kebetulan kamar Nana sedikit terbuka. Dan Vino langsung menggendong Nana ke kasurnya. Dengan tatapan mata yang lembut Vino menatap Nana sambil membelai rambut Nana. Lalu Vino keluar dari kamar Nana. Setelah itu Vino berjalan menuju kamarnya dan tidur karna kelelahan.

***

KRIIIIING KRIIIIIIING jam weker berbunyi.
“Aduh bisa kesiangan nih!”ucap Nana menggerutu, lalu ia langsung mengambil handuk dan langsung ke kamar mandi, kamar Nana memang memiliki kamar mandi sendiri. Saat keluar kamar mandi, “AAAAAAAA!KELUAR!” ucap Nana kaget. Tiba tiba Vino sudah berdiri di depan pintu kamar Nana. Vinopun langsung keluar dengan kaget.
“Ngapain masuk kamar orang!dasar cowok mesum!” ucap Nana kesal. Nanapun langsung  mengunci pintu kamarnya dan memakai seragam sekolahnya, lalu Nana turun untuk pamit dengan nenek. Di meja makan nenek dan Vino sudah duduk sambil sarapan.
“Nana berangkat dulu nek” ucap Nana sambil bergegas keluar rumah. Vinopun ikut bergegas mengikuti Nana sambil menggigit sepotong roti dan memegang sepotong roti lagi untuk Nana.
“Vino juga berangkat duluan ya nek.” Ucap Vino sambil keluar rumah. Nenek hanya heran melihat tingkah kedua anak itu. Lalu Vino langsung naik kemotornya dan langsung mengejar Nana.
“Naaa!” ucap Vino sambil mengelakson-ngelakson.
“Ngapain sih?” ucap Nana. Vinopun memperlambat motornya.
“Ayo naik.” Ucap Vino mengajak Nana.
“Pergi aja sendiri.” Ucap Nana sambil mempercepat langkahnya.
“Nanti kita bisa terlambat.” Ucap Nana sambil mengejar Nana. Lalu Nana berhenti dan melihat jam tangannya.
“Waduh kalau nggak bareng sama ni orang, bisa telat.tapi…” Ucap Nana dalam hati.
“Udah nggak usah gengsi,naik aja.” Ucap Vino membujuk Nana, seakan bisa membaca pikiran Nana. Lalu Nana langsung naik kemotor Vino. Vinopun tersenyum dan merasa senang. Lalu Vino memberikan roti yang dibawanya tadi ke Nana. Nana hanya melihat dengan heran dan mengambil sepotong roti tersebut.
“Pegangan, ini mau ngebut loh.” Ucap Vino sambil mengambil tangan Nana dan meletakkannya di perutnya. Nana sangat terkejut dengan itu, lalu Vino langsung menggas dan melaju dengan kencang. Otomatis Vina tidak bisa melepaskan tangannya. Saat ini ia hanya bisa pasrah.
Sejak kejadian itu Nana dan Vino sudah mulai dekat, dan Nana pun tidak bersikap dingin lagi kepada Vino. Mereka saat ini sudah sangat dekat. Vino selalu berusaha untuk semakin dekat dengan Nana. Seiring berjalannya waktu mereka semakin dekat dan dekat.

***

Nana duduk sendiri di atap lantai sekolah,Vinopun datang. Nana memang sudah jarang ke atap sekolah tersebut akhir-akhir ini, karna dia selalu berdua dengan Vino. Nanapun jarang menyendiri akhir-akhir ini.
“Tau darimana kalau aku ada disini?” Tanya Nana heran
“Sebelum kita kenal aku lihat kamu duduk sendiri disini,jadi aku cari kamu disini.”
Merekapun saling bercanda-canda,padahal sebenarnya saat ini ada pelajaran di kelas, tetapi mereka bolos berdua. Akhirnya sampai pembicaraannya ke hal yang serius.
“Kenapa kamu selalu menyendiri?” dan Tanya Vino,Tetapi Nana hanya diam membisu
“Na?aku tau semua tentang kamu,nenek cerita semua tentang kamu.”
Nana  terkejut mendengar kata-kat yang diucapkan Vino.
“Kenapa kamu malah berubah? apa kamu tidak ingin tertawa lagi seperti dulu?” tambahnya lagi.
“Apa urusan kamu nanya hal seperti itu?”
“Maaf,bukannya aku mau ikut campur. Tapi Na,lebih baik kamu kembali jadi seperti dulu. Nenek pasti senang melihat kamu seperti dulu, begitu juga dengan orang tuamu disana.” 
“Aku nggak tau harus bagaimana lagi No.” akhirnya Nana mulai luluh
“Aku rasa kamu bukan orang yang mudah menyerah seperti ini.”
“Tapi…….”Nana tidak melanjutkan perkataannya
“Nggak ada alasan Na. Kamu harus kembali jadi Nana yang ceria,selalu semangat seperti dulu lagi.”
Nanapun meneteskan air mata karna teringat orang tuanya. Nana bukan tipe orang yang terbuka terhadap sembarang orang,tetapi kali ini Nana mendengarkan kata-kata Vino,orang yang baru dikenalnya. Nanapun mengangguk pelan dan menarik Vino kembali ke kelas untuk belajar. Akhirnya karna kehadiran Vino, Nana yang ceriapun kembali. Nana yang sekarang bukan lagi Nana yang pendiam dan penyendiri. Semua teman –teman, guru-guru dan nenek terkejut melihat perubahan Nana yang sangat drastis ini.
Hari kehari Nana semakin terbuka dengan orang-orang, mudah berteman dan menjadi anak yang aktif. Sekarangpun  Nana memiliki banyak teman. Saat ini Nana menyadari jasa Vino yang sangat besar untuknya. Tanpa disadarinya perasaannya seperti bergetar setiap bersama Vino. Apakah ini…..