“Nenek nenek ayo kita bermain!ayo
nek!”ucap seorang anak kecil dengan riang sambil menarik-narik tangan
neneknya.
“Baiklah!ayo kita main anak manis.” Jawab si nenek sambil memegang tangan
cucunya. KRIIIIIIIING KRIIIIIIING terdengar
suara telepon. Anak kecil itupun berlari lari dengan semangat untuk mengangkat
telpon tersebut.
“Hallo?”ucap seseorang diseberang sana.
“Ya?ini
siapa”ucap suara kecil yang mengangkat telepon
“Apa ini keluarga Bapak Ramli?”
“Ya
benar. Ada apa buk?” jawabnya getar
“Ini dari rumah sakit mengabarkan bahwa Bapak Ramli dan Buk Ramli
mengalami kecelakaan”
PRAAAAAAK ganggang telepon yang
dipengang anak tesebut pun jatuh kelantai. Seketika sunyap, Lalu tetes air
matapun jatuh membasahi pipi mungil anak kecil ini. Matanya terpejam. Nenek
langsung heran melihat ekspresi cucunya. Nenek langsung mengahampiri telepon
dan mengambil ganggang telepon yang tergantung itu. Dan meletakkan ganggang
telepon ketelinganya. Nenek pun terkejut mendengar informasi yang didengarnya.
Nenek langsung memeluk erat cucunya dengan sedih. Lalu hanya ada suasana yang begitu
sunyap dan tenang.
***
Diatap gedung
yang sunyi, Nana duduk menyandar di atap lantai gedung sekolahnya. Ini memang
kebiasaan Nana duduk menyendiri diatas gedung sekolahnya sendiri. Nana jarang
masuk pelajaran di sekolah,tetapi anak ini bukan anak nakal yang suka bolos
dalam pelajaran. Entah apa yang membebani pikirannya. Sambil memandangi langit
biru yang cerah Nana berkata, Mama
papa,apa kalian benar-benar sudah tiada? apa Nana hanya sendiri? kenapa kalian
meninggalkan Nana sendiri?. Itulah kata kata yang terucap dari bibir Nana saat
itu. Ternyata itulah yang ia pikirkan. Orang tua Nana meninggal karna
kecelakaan 6 tahun yang lalu, saat itu Nana masih berumur 10 tahun. Kecelakaan yang menelan jiwa orang
tuanya itu membuatnya menjadi seperti ini. Hidupnya benar-benar kacau.Dulu
sebelum orang tuanya meninggal Nana adalah seorang anak yang ceria dan sekarang
semuanya telah berubah.Nana adalah anak kecil berumur 10 tahun yang menjatuhkan
ganggang telepon 6 tahun yang lalu karna kabar meninggalnya orang tuanya.
Tetapi sekarang Nana telah duduk di kelas 2 SMA. Nana adalah anak yang baik, cantik,
berbadan mungil tetapi sangat pemberani.
***
TEEEEEEEET
TEEEEEEET TEEEEEEET bel tanda pertukaran pelajaranpun berbunyi. Nanapun
menuruni tangga,berjalan menuju kelasnya. Nana duduk di kursi barisan paling
belakang,dia memang suka duduk dibelakang sendiri. Lalu gurupun masuk ke kelasnya.
Tetapi guru ini membawa seorang anak laki-laki. Laki-laki ini tinggi,putih, berhidung
mancung dan penampilannya pun dapat menyihir para wanita, wajar saja
murid-murid cewek di kelas Nana heboh. Tetapi Nana hanya bersikap biasa-biasa
saja.
“Selamat
siang anak-anak,kalian mendapat teman baru di kelas ini” lalu guru ini
mempersilahkan anak baru tersebut memperkenalkan dirinya.
“Hai nama saya Vino. Saya pindahan dari salah satu SMA di Bandung dan
mulai saat ini saya akan bersekolah dan belajar di kelas ini. Mohon
bantuannya.” Sambil tersenyum. Vinopun heran melihat seorang cewek yang duduk
dibelakang itu,yang dimaksudnya adalah Nana. Semua cewek di kelas tersebut
terpesona melihat vino dan mengajak vino untuk duduk bersama. Semua cewek tersenyum kepada Vino dan Vino
hanya membalas dengan senyuman juga.
“Silahkan duduk Vino” kata guru tersebut mempersilahkan murid barunya
duduk. Vinopun terus berjalan lurus kebelakang, dan ternyata dia berhenti
dibangku Nana.
“Boleh nggak duduk disini?”
Vino bertanya dengan lembut sambil tersenyum. Tetapi Nana hanya membalas dengan
tatapan tidak suka. Tapi tatapan Nana itu tidak mempengaruhi Vino, Vino tetap
duduk dengan Nana. Padahal dikelas ini ada tiga bangku kosong,tetapi Vino malah
memilih duduk disebelah Nana. Semua anak cewek di kelas Nanapun melihat Nana
dengan kesal karna Vino memilih duduk disebelahnya.
“Kenapa dia malah duduk dengan cewek aneh itu?”
ucap salah satu cewek di kelas tersebut dan murid-murid cewek yang lain melihat
ke Nana dengan tampang kesal.
“Hai,nama
saya Vino. kamu?” sambil melepaskan ranselnya.
“Udah tau, tadi didepan kelas kan udah perkenalkan diri. Kamu bisa
manggil aku Nana.”
”Hahaha iya deh Nana.”
ucap Vino seperti sudah akrab dan kenal lama dengan Nana. Pelajaranpun
berlangsung dengan tenang seperti biasa. Nana dan Vinopun tidak saling bicara
lagi.
TEEEEEEEEET TEEEEEEET TEEEEEEEEET bel istirahatpun berbunyi. Nanapun langsung
berdiri keluar dari kelasnya,begitu pula dengan yang lain. Nana langsung
berjalan menuju kantin. Di jalan menuju kantin Nana menoleh kebelakang.
Ternyata Vino mengikuti Nana dari
tadi.
“Ada
apa?” Tanyanya heran
“Yaaaaa gue
belum tau tempat –tempat di sekolah ini. Kalau nyasar gimana?mau tanggung
jawab?”
Dengan
cueknya, Nana kembali menoleh kedepan dan kembali berjalan menuju kantin. Lalu
mereka makan bersama dimeja yang sama. Selesai makan, Nana kembali ke kelasnya
dan Vino masih mengikutinya dari belakang . Dikelaspun Vino selalu menatap Nana
sambil tersenyum. Pastinya itu membuat Nana jadi kesal, tetapi Nana hanya diam
sambil memasang wajah kesalnya. Tetapi itu tidak membuat Vino berhenti
melihatnya, malah sebaliknya, Vino makin menatap Nana dengan tatapan tajam dan
senyumannya. Pelajaranpun berlangsung kembali seperti biasa.
Sampai akhirnya bel pulangpun berbunyi.
Sekejap kelas Nana kosong, Hanya tinggal Nana dan Vino. Nanapun keluar dari
kelas dan pulang kerumahnya.Sejak orang tuanya meninggal, Nana tinggal bersama
Neneknya, Nana tidak memiliki saudara. Sekarang Nana hanya tinggal berdua
dengan Neneknya.
“Mata-mata
ya?”mendadak Nana menoleh kebelakang
“Hahaha ya enggaklah”
“Mau ngapain haa?”tanyanya heran
“Kebetulan
rumah kita searah,jadi nggak ada salahnyakan bareng.” Vinopun berpindah ke
sebelah Nana.
Sesampainya di rumah Nana,Vino
masih mengikuti Nana.
“Kenapa
masih ngekor?”
“gue
tinggal disini.”
“Haaaaah?”Nanapun
terkejut sambil berlari kedalam rumah mencari neneknya. Lau Nana menoleh ke
motor besar yang ada di halaman rumahnya, Nanapun semakin heran karna dia tidak
punya motor.
Akhirnya neneknya menjelaskan semuanya,
untuk sementara Vino tinggal serumah dengan Nana karna Nenek Nana dan Neneknya
Vino berteman sudah sangat lama. Untuk sementara Neneknya Vino menitipkan
cucunya di rumah sahabat karibnya, yaitu Neneknya Nana. Sebenarnya nenek
bermaksud agar Nana tidak kesepian. Wajar saja Nana tidak tahu hal ini,Karna
Nana jarang dirumah,pagi-pagipun Nana sudah berangkat ke sekolah tanpa sarapan.
Pastinya Nana semakin kesal. Hari ini memang hari yang sial bagi Nana, Nanapun
mengerutu didalam hatinya sambil menaiki tangga menuju kamarnya dan membanting
badannya di kasur sambil menatap langit-langit kamarnya dan akhirnya Nana
tertidur.
“Sudah biarkan saja, Dia memang begitu. Kamu istirahat saja dikamar
dulu.” Ucap nenek yang melihat Vino memandangi kepergian Nana dengan rasa
berasalah.
“Iya, terimakasih
nenek.” Sambil tersenyum. Lalu berjalan menuju kamarnya yang bersebelahan
dengan kamar Nana.Dikamar, Vino
selalu kepikiran hal yang tadi, ia benar benar merasa bersalah. Lalu Vino
berbicara sendiri.
“Beda,
unik. Makin dia cuek, gue makin tertantang.” Pikir Vino sambil tiduran
dikasurnya. Lalu Vino berjalan keluar kamar menuju ke kamar mandi. Selesai
mandi, tanpa sadar Vino berjalan menuju kamar Nana dan berhenti tepat di depan
pintu kamar Nana, lalu Vino menggenggam tangannya dan mengayunkannya ke pintu
dengan ragu. Tiba tiba pintu itu terbuka. Secara refleks, Vino menjatuhkan tangannya dengan wajah terkejut. Ternyata
Nana yang membuka pintu itu.
“Sedang
apa disini hah?” ucapnya sambil mendongakkan kepala karna Vino jauh lebih
tinggi darinya
“Kebetulan
lewat.” Dengan cemas dan pergi ke kamarnya sambil mengambil nafas lega. Dengan
heran Nana menatap kepergian Vino dan langsung pergi menuju meja makan, karna
ini sudah saatnya makan malam. Dimeja makan sudah tersusun rapi makan makanan.
Nanapun langsung membantu nenek menyiapkan piring.
“Panggillah Vino, ini sudah saatnya
makan malam.” ucap nenek dengan lembut.
“Tapi
nek….” Melihat sorot mata nenek yang lembut memohon,hati Nanapun luluh.
Akhirnya Nana berjalan menuju kamar Vino. Lalu Nana mengetok pintu kamar Vino
dengan ragu. Vinopun membuka pintu kamarnya. Ketika melihat Nana yang beriri di
depan kamarnya, Vino menatap Nana dengan mengangkat alis seperti bertanya,ada
apa?
“Makan
malam.” Ucap Nana singkat dan langsung membalikkan badannya, berjalan menuju
meja makan. Vinopun tersenyum melihat tingkah Nana sambil mengikuti Nana dari
belakang. Dan merekapun makan bersama seperti layaknya sebuah keluarga kecil.
“Bagaimana dengan hari pertama di sekolah barumu?” ucap nenek, mencoba
memulai pembicaraan. “Baik baik aja kok nek. Malahan saya duduk sebangku sama Nana” jawab
Vino sambil tersenyum menatap Nana. Nanapun balas menatap Vino sambil
memicingkan matanya karna kesal. Gimana nggak kesal udah duduk sebangku,
serumah, sebelahan kamar pula, mulai hari ini dia akan berhadapan dengan Vino
setiap hari.
“Sudah
sudah” ucap nenek menyadari sesuatu diantara mereka dan berusaha menenangkan
suasana. Dengan kesal Nana berjalan menuju kamarnya. Wajah Vino yang tadinya
tersenyum, kembali menjadi tatapan mata yang merasa bersalah. Saat ini Vino
benar benar merasa bersalah, ia tidak tahu apa yang membuat Nana kesal
terhadapnya. Vino merasa kehadirannya telah merusak suasana di rumah ini.
“Orang tuanya meninggal karna kecelakaan enam tahun
yang lalu, karna itu dia jadi seperti sekarang ini. Kasihan dia, dia sangat
butuh kasih sayang kedua orang tuanya itu. Dia sangat kesepian, jadi maklum
sajalah jika dia bersifat seperti itu. Nenek juga bingung menghadapinya.
Sepertinya dia belum merelakan kepergian orang tuanya.” Ucap nenek sambil meneteskan air mata. Lalu
Vino mendekat ke nenek untuk menenangkan nenek.
“Kasihan dia, dia sangat kesepian” ucap nenek lagi.
Dikamarpun Vino selalu kepikiran kata kata nenek.
“Ternyata begitu” ucapnya
berbicara sendiri sambil berjalan ke balkon kamarnya. Ternyata Vino melihat
Nana dibawah sedang memain mainkan air di kolam renang. Vinopun menghampiri
Nana.
“Hey!”
“Orang ini” ucap Nana dalam
hati dengan kesal.
“Kenapa selalu menyendiri?”
“Apa orang ini benar-benar tidak
sadar kesalahannya?” ucap Nana dalam hati lagi
“Helloo? Disini
ada orang yang berbicara.” Ucap Vino, karna dari tadi ia mengajak ngobrol,
tetapi Nana hanya diam saja.
“Apa
urusannya sama kamu!” ucap Nana dengan kesal
“Emang nggak ada
urusannya, tapi gue peduli”
Kata
kata peduli yang diucapkan Vino membuat Nana terkejut dan pergi ke kamarnya.
“Oh iya! Jangan bilang siapa-siapa kalau
kita serumah. Kalau ada yang tahu,liat saja nanti!” ancam Nana. Di
kamarnya Nana berjalan ke balkon kamarnya, dan ia melihat Vino masih duduk di
pinggir kolam renang.
“Apa yang
diinginkannya?” ucap Nana berbicara sendiri. Masih terniang niang dipikiran
Nana, kata-kata yang diucapkan Vino.
“Peduli? apa maksudnya?” ucap Nana berbicara sendiri. Lalu Nanapun
tertidur di balkon kamarnya itu.
“Anak itu sangat berbeda dan susah didekati” ucap Vino berbicara
sendiri. Lalu Vino melihat ke balkon kamar Nana yang berada tepat disebelah
balkon kamarnya, lalu ia melihat Nana tertidur disana. Vinopun langsung ke
kamar Nana. Kebetulan kamar Nana sedikit terbuka. Dan Vino langsung menggendong
Nana ke kasurnya. Dengan tatapan mata yang lembut Vino menatap Nana sambil
membelai rambut Nana. Lalu Vino keluar dari kamar Nana. Setelah itu Vino
berjalan menuju kamarnya dan tidur karna kelelahan.
***
KRIIIIING KRIIIIIIING jam weker
berbunyi.
“Aduh bisa kesiangan nih!”ucap Nana menggerutu, lalu ia langsung
mengambil handuk dan langsung ke kamar mandi, kamar Nana memang memiliki kamar
mandi sendiri. Saat keluar kamar mandi, “AAAAAAAA!KELUAR!” ucap Nana kaget. Tiba
tiba Vino sudah berdiri di depan pintu kamar Nana. Vinopun langsung keluar
dengan kaget.
“Ngapain masuk kamar orang!dasar cowok mesum!” ucap Nana kesal. Nanapun
langsung mengunci pintu kamarnya dan
memakai seragam sekolahnya, lalu Nana turun untuk pamit dengan nenek. Di meja
makan nenek dan Vino sudah duduk sambil sarapan.
“Nana berangkat dulu nek” ucap Nana
sambil bergegas keluar rumah. Vinopun ikut bergegas mengikuti Nana sambil
menggigit sepotong roti dan memegang sepotong roti lagi untuk Nana.
“Vino juga berangkat duluan ya
nek.” Ucap Vino sambil keluar rumah. Nenek hanya heran melihat tingkah kedua
anak itu. Lalu Vino langsung naik kemotornya dan langsung mengejar Nana.
“Naaa!” ucap Vino sambil mengelakson-ngelakson.
“Ngapain sih?”
ucap Nana. Vinopun memperlambat motornya.
“Ayo naik.” Ucap Vino mengajak Nana.
“Pergi
aja sendiri.” Ucap Nana sambil mempercepat langkahnya.
“Nanti kita bisa terlambat.” Ucap Nana sambil mengejar Nana. Lalu Nana
berhenti dan melihat jam tangannya.
“Waduh kalau
nggak bareng sama ni orang, bisa telat.tapi…” Ucap Nana dalam hati.
“Udah nggak usah
gengsi,naik aja.” Ucap Vino membujuk Nana, seakan bisa membaca pikiran Nana.
Lalu Nana langsung naik kemotor Vino. Vinopun tersenyum dan merasa senang. Lalu
Vino memberikan roti yang dibawanya tadi ke Nana. Nana hanya melihat dengan
heran dan mengambil sepotong roti tersebut.
“Pegangan, ini mau ngebut loh.” Ucap Vino sambil mengambil tangan Nana
dan meletakkannya di perutnya. Nana sangat terkejut dengan itu, lalu Vino
langsung menggas dan melaju dengan kencang. Otomatis Vina tidak bisa melepaskan
tangannya. Saat ini ia hanya bisa pasrah.
Sejak kejadian itu Nana dan Vino sudah
mulai dekat, dan Nana pun tidak bersikap dingin lagi kepada Vino. Mereka saat
ini sudah sangat dekat. Vino selalu berusaha untuk semakin dekat dengan Nana.
Seiring berjalannya waktu mereka semakin dekat dan dekat.
***
Nana duduk
sendiri di atap lantai sekolah,Vinopun datang. Nana memang sudah jarang ke atap
sekolah tersebut akhir-akhir ini, karna dia selalu berdua dengan Vino. Nanapun
jarang menyendiri akhir-akhir ini.
“Tau
darimana kalau aku ada disini?” Tanya Nana heran
“Sebelum kita kenal aku lihat kamu duduk sendiri disini,jadi aku cari
kamu disini.”
Merekapun saling bercanda-canda,padahal sebenarnya saat ini ada
pelajaran di kelas, tetapi mereka bolos berdua. Akhirnya sampai pembicaraannya
ke hal yang serius.
“Kenapa kamu
selalu menyendiri?” dan Tanya Vino,Tetapi Nana hanya diam membisu
“Na?aku tau semua tentang kamu,nenek cerita semua tentang kamu.”
Nana terkejut mendengar kata-kat yang diucapkan
Vino.
“Kenapa
kamu malah berubah? apa kamu tidak ingin tertawa lagi seperti dulu?” tambahnya lagi.
“Apa urusan kamu nanya hal seperti itu?”
“Maaf,bukannya
aku mau ikut campur. Tapi Na,lebih baik kamu kembali jadi seperti dulu. Nenek
pasti senang melihat kamu seperti dulu, begitu juga dengan orang tuamu
disana.”
“Aku nggak
tau harus bagaimana lagi No.” akhirnya Nana mulai luluh
“Aku rasa kamu bukan orang yang mudah menyerah seperti ini.”
“Tapi…….”Nana tidak melanjutkan perkataannya
“Nggak ada alasan Na.
Kamu harus kembali jadi Nana yang ceria,selalu semangat seperti dulu
lagi.”
Nanapun
meneteskan air mata karna teringat orang tuanya. Nana bukan tipe orang yang
terbuka terhadap sembarang orang,tetapi kali ini Nana mendengarkan kata-kata
Vino,orang yang baru dikenalnya. Nanapun mengangguk pelan dan menarik Vino
kembali ke kelas untuk belajar. Akhirnya karna kehadiran Vino, Nana yang
ceriapun kembali. Nana yang sekarang bukan lagi Nana yang pendiam dan
penyendiri. Semua teman –teman, guru-guru dan nenek terkejut melihat perubahan
Nana yang sangat drastis ini.
Hari kehari Nana
semakin terbuka dengan orang-orang, mudah berteman dan menjadi anak yang aktif.
Sekarangpun Nana memiliki banyak teman.
Saat ini Nana menyadari jasa Vino yang sangat besar untuknya. Tanpa disadarinya
perasaannya seperti bergetar setiap bersama Vino. Apakah ini…..