Saturday 28 November 2015

Senja

Seperti senja yang ku tatap dikala sore, begitu indah dan memikat hati. Maka seperti cinta yang engkau berikan.
Seperti hangatnya senja yang kurasakan saat aku menatapnya. Seperti dekapanmu yang begitu hangat dan nyaman.
Seperti senja yang begitu singkat, seperti waktu yang terasa begitu cepat berlalu saat kita bersama karna waktu bersamamu begitu menyenangkan.
Seperti senja yang selalu aku nantikan, maka seperti kamu yang kehadirannya selalu kutunggu.
Seperti senja yang menjadi hal terindah pada langit sore, maka seperti kamu yang menjadi hal terindah dalam hidupku.
Seperti senja yang begitu menyejukkan hati setelah menghadapi penatnya hari, maka seperti kamu yang menjadi penghilang lara dan penatku dalam menjalani hidup yang berat.

Katanya senja tak pernah sama, tapi bagiku senja akan selalu sama, seperti perasaan kita. Kita sudah melalui banyak hal, kita sama sama telah terlalu lelah untuk mencari hingga akhirnya kita saling menemukan. Aku tak menyesal karna terlambat mengenalmu, karna aku yakin Tuhan telah mengatur waktu dan segala halnya agar menjadi tepat untuk kita. Dan senja adalah waktu terbaik untuk pulang. Maka kita sudah menemukan tempat untuk pulang karna rasa penat yang selama ini kita rasakan, kamu menjadi rumahku dan begitu pula kamu. Mari kita nikmati senja ini dan melupakan segala hal yang sudah berlalu. Seperti perasaan setiap orang saat menatap senja, maka kita akan bahagia bersama.

Friday 2 October 2015

Setitik luka

Hingga saat inipun aku masih tidak mengerti. Aku tidak mengerti mengapa rasa cinta bisa hilang dari hati seseorang yang dulunya memiliki cinta yang sangat kuat. Atau sebenarnya cinta itu memang tak pernah ada untukku. Aku tak mengerti bagaimana bisa seseorang begitu mudah berpaling. Apa sulitnya untuk setia pada satu orang? Apalagi orang itu sangat mencintaimu. Aku tak mengerti, jika bisa mencintai orang baru, kenapa tidak memperbaiki cinta yang lama saja? Apa sulitnya mencintai aku? Lalu apalah arti cinta bagimu? Apa hanya sekedar berganti ganti pasangan? Mengapa tidak belajar untuk setia saja?
Kamu kini telah bahagia bersamanya, bersama cinta barumu. Sedangkan aku  masih saja terkungkung dalam kesedihan. Bahkan aku tak bisa keluar dari lubang yang kelam ini. Aku mencari jalan keluar tapi hatiku masih menginginkanmu. Bagaimana kamu bisa begitu jahat? Bukankah aku telah memberi segalanya? Segala cinta ini. Aku bersedih terlalu lama, aku masih meratap, bahkan aku tak merasakan kebahagiaan sejak kepergianmu. Aku masih menangis. Aku masih ingin bersamamu. Pernahkah kamu memikirkan perasaan aku?
Wanita itu, bagaimana dia? Apa dia jauh lebih baik dari aku? Apa dia mencintaimu melebihi aku? Apa kelebihannya sehingga aku bisa kamu lupakan dengan begitu mudah. Aku masih disini ditempat yang sama saat kamu meninggalkanku, masih dengan hati yang tersayat sayat. Langkahku penuh darah. Hatiku terus terluka. Dan lukaku tak kunjung sembuh. Aku mencintaimu terlalu dalam, sehingga aku lupa bahwa kamu bisa pergi kapan saja. Aku lupa bahwa kamu bukan milikku lagi. Aku tak bisa bahagia. Sejak kamu pergi, sebagian nyawaku hilang. Aku butuh kamu, aku ingin kamu tetap bersamaku. Tapi kamu ingin dia untuk bersamamu.


Untuk cinta yang pernah mencintaiku dengan begitu hebatnya. Dulu kamu bisa merasakan cintaku, maka kini aku harap kamu akan merasakan rasa sakitku, bahkan lebih dalam. 

Saturday 25 July 2015

Just stay

Bara, hari itu akhirnya tiba. Mimpi burukku menjadi nyata. Hal yang paling aku takuti selama ini, kehilangan cintamu. Lalu apalah artinya aku? Karna cintamu itulah alasan ku untuk tetap bertahan. Kamu berkata bahwa cinta itu telah sirna, cinta itu tak lagi ada. Aku terdiam selama berapa detik saat mendengarnya. Aku tak percaya, sama sekali tak percaya. Karna yang aku tau kamu sangat mencintaiku. Kamu akan bersamaku selamanya. Persis seperti janji yang kamu ucapkan padaku. Bahkan saat aku bertanya, bagaimana dengan janjimu, dan aku memintamu untuk menepatinya. Lalu kamu menjawab bahwa "tak selamanya janji itu harus ditepati, kita tak lagi bisa diselamatkan". Jawaban yang sama sekali tak kuduga. Bara, apakah  sebelumnya kamu tidak berpikir tentang bagaimana perasaanku saat kamu berkata begitu? Apa kamu ingin tau? Perasaanku hancur, sangat hancur. Hati ini sangat perih saat mendengar hal itu keluar dari mulutmu. Hingga saat ini pun aku masih tidak percaya akan hal ini. Bara, katakan padaku bahwa ini hanya salah satu mimpi burukku. Bangunkan aku.

Sejak hari itu air mata ini tak berhenti mengalir. Aku tak percaya ini benar benar terjadi. Bagaimana tidak, kamu yang dulu sangat sangat mencintaiku, sangat menyayangiku, selalu merindukanku dan tak bisa jauh dariku, kini malah berubah menjadi tak mencintaiku dan melangkah pergi dariku. Kamu tak boleh lakukan itu Bara. Karna wanita ini sangat sangat mencintaimu. Saat kamu mulai melangkah pergi aku menangis sepanjang waktu. Membayangkan bagaimana aku jika tanpamu. Membayangkannya saja aku tak sanggup. Karna aku terbiasa dengan adanya kamu bersamaku, aku terbiasa dicintai olehmu, aku terbiasa dengan kasih sayangmu dan aku tak bisa hidup tanpa itu semua. Maka bara, aku memintamu untuk tak pergi, aku menahanmu. Walaupun aku tau cinta itu tak lagi ada, tapi setidaknya cinta itu belum menjadi orang lain. Maka aku yakin cinta itu akan menjadi milikku lagi. Bukankah begitu Bara? Bukankah masih ada kesempatan untukku? Untuk kita?

Bara, aku memutuskan untuk mempertahankan kita. Aku berusaha membuatmu tetap disini, bersamaku. Walaupun kamu berkata bahwa cinta itu sudah tak lagi ada dan tentang janji janji yang tak bisa kamu tepati. Tapi tak apa Bara, karna aku sangat mencintaimu dan ingin kamu selalu bersamaku. Dan berharap kamu akan mencintaiku lagi, seperti dulu. Kini aku sedang berusaha untuk mengembalikan segalanya, untuk memperbaiki kita, termasuk mengembalikan rasa cintamu itu. Karna itu yang terpenting. Walaupun kamu kini sudah kembali bersamaku, tapi masih saja menyakitkan untukku. Karna kamu bersamaku tapi tak ada hati disana. Hanya sekedar raga, status, dan cintaku. Hanya itu yang tersisa diantara kita. Yang paling menyedihkan bagiku adalah saat aku berkata bahwa aku mencintaimu tapi kamu tak sanggup membalasnya. Kamu tak bisa berkata bahwa kamu mencintaiku. Apa kamu ingat bahwa dulu kamu sangat sangat sering mengatakan hal itu? Tapi kini kata itu menjadi sangat berharga untukku. Aku sangat ingin mendengar kata itu keluar dari mulutmu lagi. Sangat ingin. 

Saat saat ini adalah saat yang sangat menyedihkan bagiku Bara. Karna mencintai tanpa dicintai sangatlah menyakitkan. Bahkan aku bukan lagi menjadi prioritasmu. Bahkan untuk mendapatkan balasan pesan darimu saja aku harus menunggu cukup lama. Berbeda sekali dengan kita yang dulu. 
Oiya waktu itu aku menangis didepanmu karna hal ini, lalu kamu berkata "lebih baik kamu pergi dari aku, daripada kamu sedih sedih terus". Apakah itu kamu bara? Ini bukan kamu, kamu tak seperti ini, kamu tak akan berkata seperti itu. Dulu saat kita bertengkar, lalu aku bilang aku akan pergi meninggalkanmu, saat seperti itu kamu ingat kamu akan mengatakan apa? Kamu akan berkata "jangan pergi, jangan pernah tinggalkan aku, aku bisa apa tanpamu, aku sangat mencintaimu, tetaplah bersamaku selamanya" begitulah kurang lebih hal yang akan kamu katakan. Tapi kini kamu malah memintaku untuk pergi darimu.
Tapi aku sangat yakin masa masa ini akan berakhir, kita akan kembali lagi seperti dulu, dan kamu akan kembali mencintaiku seperti dulu lagi.



Satu hal yang kuharapkan saat ini, hal yang sangat kurindukan yaitu kembali dicintai olehmu. Aku sangat merindukannya. Kembalilah.

Saturday 16 May 2015

Since you're not said goodbye

25 agustus 2011
Aku terbangun, cahaya matahari yang memancar dari luar jendela kamarku, sangat menyilaukan. Tangan yang terlihat semakin kurus ini ku angkat dan ku letakkan tepat di depan pelupuk mataku untuk menghalau sinar itu. Ku tutup mataku lalu ku buka kembali. Kini tatapan ku kosong melihat langit-langit kamar, putih. Aku menatapnya dalam kurun waktu cukup lama, tiba-tiba air mata mengalir melalui sudut mata lalu terus menelusuri lekuk wajahku yang sangat pucat. Lalu ku tutup kembali mataku. Air mataku malah semakin deras mengalir. Karna saat aku menutup mata, saat itulah kamu hadir. Walaupun menyakitkan, aku tetap ingin melihatmu. Aku sangat merindukanmu Bar. Dengan ketidakhadiranmu disisiku lagi, hal itu sangat menyakitkan bagiku. Aku masih ingin bersamamu, aku masih ingin memilikimu, aku masih ingin tertawa bersamamu, aku ingin menikmati senja bersamamu. Bukankah kita akan menikmati indahnya matahari terbenam di tepi pantai di semua tenpat yang indah? Bukankah itu keinginan kita? Bahkan satu senjapun belum kita nikmati bersama, kamu dan aku. Hal ini membuktikan kenangan kita masih terlalu sedikit, namun kesedihan ini terlalu banyak. Waktu yang sedikit tapi kamu dengan hebatnya membuat aku begitu terluka atas kepergianmu. Aku tak sanggup. Aku sudah begini, apakah kamu tak bisa kembali untukku? Beri sedikit waktu lagi, beri sedikit waktu lagi untuk bersama. Untuk melalui hal indah bersama, sedikit waktu lagi saja.
Mata ini sudah sangat sembab, rambutku tak karuan, wajahku sangat buruk saat ini, dan badanku semakin kurus. Mungkin kamu akan sedih saat melihat keadaanku yang seperti ini. Tapi aku bisa apa, beginilah keadaanku kini. Setidaknya kesedihanmu melihat kondisiku tak akan sebanding dengan kesedihanku karena melihatmu. Kamu tak akan tahu seberapa besar rasa sakit ini. Ini sangat sakit. Ternyata merasakan kehilangan itu sangat menyakitkan. Kehilanganmu membuatku merasa seakan menusuk diriku sendiri. Sangat menyakitkan. Hal ini telah berlangsung sekitar lima hari.

Sampai akhirnya mataku benar-benar tertutup, aku tak sadarkan diri. Seseorang mengedor-ngedor pintu kamarku pagi ini karena aku tak kunjung bangun, piringpun sengaja dipecahkan tepat di depan pintu kamarku agar aku terbangun, namun hasilnya nihil. Lalu akhirnya pintu kamarku sengaja dirusak agar dapat masuki. Sekeluarga panik karena aku tak kunjung bangun, aku pingsan. Aku menangis selama berjam-jam sejak kemarin siang, sejak kabar itu. Lucu ya, kemarin aku kegirangan di pagi harinya dan menangis tak henti hingga saat ini di siang harinya. Semua itu karena kamu. Aku sampai tak sanggup melakukan apa pun. Aku mati rasa. Aku kehilanganmu. Aku menangis sepanjang hari dan kamu tetap saja tak kembali ke sisiku. Aku merindukanmu. 
Tahukah kamu kemarin seharusnya adalah hari bahagia bagi kita, tapi kamu malah pergi dariku dihari itu. Ini sama sekali tidak adil. Apakah kamu tidak berpikir betapa sedihnya aku jika kamu seperti ini? Apa kamu tidak memikirkannya? Apa kamu tidak berpikir apa aku bisa melanjutkan hidup tanpa kamu disampingku? Kamu pergi dengan begitu sunyi hingga aku tak menyadarinya, cara yang sangat jahat. Apakah kamu tidak bisa tinggal bersamaku sedikit lebih lama lagi? Aku sangat berharap dapat bersamamu sedikit lebih lama lagi. Belum banyak kenangan yang kita buat, belum banyak waktu yang kita lalui bersama, bahkan kamu pergi di moment bahagia pertama kita. Kamu memang selalu mengejutkanku. Begitu pula dengan kepergianmu. Bisakah kamu kembali? Atau kenapa tak kamu ajak saja aku bersamamu? Agar tak ada yang bersedih, agar aku tak terluka. kehilanganmu sungguh menyakitkan. apa kamu tau rasanya? Percayalah kamu tak akan sanggup melaluinya. Bukankah aku wanita yang tegar, hingga masih sanggup bertahan saat kamu tak lagi disini. Aku tak tau apa aku sanggup menjalani hari setelah ini. Walaupun saat menutup mata aku dapat melihatmu, namun hal itu tak cukup untuk melepaskan rasa rindu. Walaupun aku bisa bermimpi tentangmu, tapi semua itu tidak nyata Bar, aku ingin yang nyata. Aku ingin kehadiranmu yang sesungguhnya disini. Aku ingin kamu memelukku saat ini juga. Aku sangat merindukanmu. Dan baru pertama kali ini merindukanmu menjadi sangat menyakitkan.

Aku terus bertanya di dalam hati, tak bisakah kamu tinggal sebentar saja? Berikan aku sedikit waktu lagi untuk dapat bersamamu. Masih terngiang-ngiang di dalam pikiranku tentang segala hal yang telah kita lalui, tentang semua kenangan yang tak banyak itu. Rasanya terlalu sedikit kenangan yang dapat ku kenang saat ini. Waktu kita memang hanya sedikit, tapi rasa yang tertinggal sangatlah dalam. Aku tak bisa mengendalikan rasa sakit ini, aku sampai ingin mati saat menahan rasa sakit ini. Ini terlalu menyakitkan, aku tak pernah merasakan rasa sakit hingga begini. Kehilanganmu begitu menyakitkan bagiku. Bahkan kamu tak mengucapkan selamat tinggal untukku, hingga aku tak tau ternyata kamu telah pergi. Hingga aku terkejut sedemikian rupa, dan tak sanggup saat tau kamu telah pergi dariku. Padahal rasanya baru kemaren kita menjalani hari bersama, sangat bahagia saat itu. Kamu memelukku dan aku tertidur di pundakmu. Saat itu wangimu tak seperti biasanya, biasanya kamu seakan bermandikan minyak wangi, namun saat itu sama sekali tak ada wangi itu. Satu hari itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku, namun esok harinya adalah hari paling buruk, menyedihkan dan menyakitkan yang pernah ku rasakan. Kamu tau kepedihan yang sangat dalam yang kurasakan saat ini sangatlah dalam. Merindukanmu namun tak ada yang bisa kulakukan. Kamu pergi begitu jauh hingga aku tak dapat menyusulmu. Aku sangat ingin jika hal itu bisa ku lakukan. Namun aku tak bisa. Aku terus bertanya dalam hati, apakah semua ini hanya mimpi? Karena segala-galanya berlangsung begitu cepat. Kita bahagia bersama beberapa waktu yang lalu dan kini aku terpana atas kepergianmu dengan tangis yang tak kunjung mereda. Aku sangat tidak ikhlas atas hal ini, aku ingin Ia mengembalikanmu ke sisiku. Tak bisakah kamu kembali lalu memelukku sambil berkata “Aku tak akan pergi lagi”. Tak bisakah begitu saja?

              
                          Jika tempat itu begitu jauh 
hingga kamu tak bisa kembali
biarlah aku saja yang kesana,
agar tak perlu merasakan kepedihan ini.
Dengan bersamamu, aku pasti akan baik-baik saja.
Asal bersamamu.


Tuesday 3 March 2015

Losing You

Ada yang bilang bahwa cinta itu sifatnya tak abadi. Cinta akan hilang setelah beberapa waktu dan yang tertinggal hanya kasih sayang. Tetapi aku menutup telinga dan tak mendengarkan hal-hal seperti itu. Aku terlalu muna hingga mengacuhkan segala hal tentang itu. Aku terlalu percaya bahwa ada cinta yang abadi dan aku percaya cinta kita abadi. Aku sangat percaya tidak akan ada yang berubah hingga kita tak bernyawa, terutama tentang cinta. Cinta kita terlihat bergitu besar dulu, hingga membuatku percaya ini akan bertahan. Kamu pun juga selalu mengatakan akan mencintaiku selamanya seperti saat pertama kamu jatuh cinta padaku. Hingga aku sadar kini segalanya tak lagi sama.

Pada titik ini aku mulai sering meneteskan air mata. Hatiku merasakan semua perubahan ini, perubahan sikap dan hatimu. Aku sangat berharap cinta ini akan berlangsung hingga akhir hayat. Aku berpikir cinta kita ini akan berlangsung selamanya. Namun segala perubahan ini membuatku terluka. Hati ini teriris secara perlahan. Kamu melukaiku. Segala perubahan pada dirimu membuatku kaget dan sedih. Dulu kamu berkata akan mencintai selamanya dan tak akan pernah berubah. Tapi kini segalanya tak lagi sesuai dengan yang kamu katakan dulu. Kamu selalu bilang bahwa tak akan ada yang berubah, karena bukan kamu yang merasakan, namun aku.


Pada awalnya kata cinta mulai tak lagi kudengar dari dirimu, kata itu menjadi sangat langka. Sikap dan pandanganmu padaku pun juga berubah, sangat drastis. Membuat sesak didada. Melihatmu kini membuatku ingin menangis dan memanggil dirimu yang dulu. Mana kamu yang dulu? Kamu yang tak pernah lupa mengatakan cinta dengan tulus, kamu yang tak pernah lupa untuk mengabariku, kamu yang selalu ingin didekatku, kamu yang selalu terlihat bahagia saat bertemu denganku, kamu yang selalu menjagaku, namun aku kehilanganmu. Walaupun kamu masih milikku tapi segalanya hanya seperti ambigu. Kamu tak lagi berada dalam genggamanku, kamu lepas dari tangan ini. Seolah kamu tak teraih olehku. Kadang aku berpikir, apa kamu masih milikku?

Senyuman itu dan rasa bahagia itu tak lagi terlihat saat kita bertemu. Kamu sama sekali tidak tersenyum saat kita bertemu, padahal yang kulihat dulu kamu sangat bahagia jika melihatku. Sikapmu sangat berubah. Kadang aku merasa itu bukan kamu, aku tak lagi mengenalmu. Aku terus bertanya pada diri sendiri, bagaimana cara mengembalikan dirimu yang dulu? Aku berusaha mencari cara agar kamu kembali, agar cintamu kembali. Namun aku tak menemukan caranya. Aku mati rasa, aku benar-benar tidak tau cara mengembalikannya. Dengan dirimu yang kini, kamu tak pantas mendapatkan cinta sebesar cinta ini karena cintamu tak lagi sama. Kamu tak pantas mendapatkan cinta setulus ini. Kamu terlalu jahat telah menyakitiku. Dulu kamu berkata tidak ingin melihatku menangis, namun kamu tau? Saat ini aku sedang menangis, karenamu, karena perubahanmu.

Aku putus asa, aku tak tau lagi caranya. Aku hanya berharap bisa kembali pada saat-saat kamu mencintaiku dulu. Pada masa itu segalanya begitu indah. Kamu bahkan selalu tersenyum saat kita bersama, kamu terlihat sangat bahagia. Kamu juga tak melepaskan genggaman tangan kita. Namun kini sayang, tatapanmu padaku sangat menyedihkan untukku. Tatapan itu tak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Seolah aku ingin menangis saat melihatmu. Seolah aku ingin berteriak tepat didepan wajahmu, meminta orang yang aku cintai kembali. Aku tak lagi mengenalmu. Aku tak menyangka, cinta yang begitu besar bisa berubah hingga seperti ini. Sayang, apa kamu telah menemukan penggantiku? Jika iya, apa kamu setega itu melukaiku? 

Baru kali ini aku buta, aku buta hingga tak dapat membaca isi hatimu. Aku benar-benar tidak tau apa isi hati itu. Apa kamu mencintaku atau tidak. Bagaimana perasaanmu padaku kini? Aku sangat ingin mengetahuinya. Bahkan aku bertanya tentang bagaimana perasaanmu saat ini. Namun kamu tak dapat menjawab. Iya memang kamu menjawab dan berkata bahwa cintamu masih sama seperti dulu. Namun itu bukan jawaban yang akan kamu katakan dulu, saat kamu masih mencintaku. Itu bukan jawabanmu sayang, kamu tak akan menjawab seperti itu. Hati ini semakin hari semakin dalam oleh luka, cinta ini semakin lama semakin disiakan, ketulusan ini semakin lama semakin terabaikan. Aku putus asa untuk mengembalikan cintamu.

Masih adakah cinta itu? Jika masih, kembalikanlah ia lagi. Namun jika tidak, tinggalkanlah aku dengan segala goresan luka ini.

Friday 26 December 2014

Maukah kamu berada disisiku?

    Di mataku, segalanya terlihat hitam, tak berwarna. Tidak seperti matamu karena hidupmu tidak seperti hidupku. Mata ini terlalu sering mengeluarkan air mata. Seolah fungsinya hanya untuk bersedih. Aku tidak tahu apa makna sebuah kehidupan. Aku tidak tahu hidup itu seharusnya berjalan bagaimana. Yang aku tahu hanya kamu, dihidup ini yang aku tahu hanya kamu. Seolah segala hal dalam hidupku hanya berhubungan denganmu. Mungkin aku terlalu bergantung padamu hingga membuat kehadiranku hanya menyusahkanmu. Tapi aku tak pernah bermaksud membuatmu lelah atau terbebani. Dan apa kamu tahu mengapa saat itu aku menerimamu? Aku menerimamu karena aku terlalu lelah. Aku berfikir bahwa aku membutuhkan sandaran. Dan saat pertama kali aku menatap mata itu, aku merasa seolah telah menemukan tempat yang tepat untuk bersandar. Bahkan disaat pertemuan pertama kita, aku sudah yakin kamu adalah orang yang tepat. Aku merasa nyaman, terlindungi dan aman saat bersamamu.
    Aku merindukanmu, aku merindukanmu setiap saat. Tapi aku tidak meminta untuk bertemu jika aku rindu. Karena aku tahu itu hanya akan merepotkanmu. Aku tidak ingin selalu membebanimu. Aku ingin bertemu hanya disaat aku membutuhkanmu, disaat aku sedih. Kamu tak perlu mendengarkan keluh kesahku, kamu hanya perlu duduk disampingku, membiarkanku bersandar dibahumu dan ku dekap hingga aku lupa pada rasa sepi. Kamu tak perlu melakukan apapun untukku, karena kehadiranmu saja sudah cukup bagiku. Aku hanya membutuhkanmu untuk aku bersandar. Aku tidak bermaksud untuk merepotkanmu apalagi membebanimu. Aku tidak suka menjadi orang yang tidak berguna untukmu. Dan tahukah kamu. kita tidak tau kapan pertemuan terakhir itu terjadi. Terkadang aku berpikir, aku ingin memanfaatkan sebanyak mungkin waktu bersamamu. Karena kita tidak tau apa yang akan terjadi 10 tahun kemudian. Apakah saat itu kamu akan tetap mencintai dan menerimaku seperti saat ini? Maaf jika permintaan aku ini membuatmu lelah atau susah. Namun tak bisakah kamu mengerti aku untuk hal ini saja? Aku lelah, aku terlalu lelah untuk menjadi diriku sendiri.
    Sadarkah kamu bahwa aku selalu berat saat berpisah darimu disaat kita habis bertemu. Seolah aku ingin menahanmu lebih lama lagi, selama mungkin. Aku tidak ingin melepas genggaman itu. Aku hanya ingin bersamamu. Sejak pertama kamu memberikanku sebuah sandaran, aku menjadi sangat tergantung padamu. Aku selalu ingin bertemu, merengkuhmu dalam pelukanku. Merasa excited setiap pertemuan kita. Tapi yang kulihat kamu tak sepertiku, kamu sama sekali tidak terlihat seperti aku. Apa aku terlalu membosankan? Apa ada yang salah denganku? Aku sedih saat menyadari ekspresimu yang biasa saja saat bertemu denganku. Terlalu contrast dengan senyum sumringahku. Aku terus berpikir apa yang salah padaku. Apa aku merepotkanmu? Apa aku tidak membuatmu bahagia? Jika tidak,lalu apa gunaku untukmu? Apa yang salah padaku hingga kamu tak mengharapkan sebuah pertemuan denganku. Seolah hanya aku yang selalu ingin berada didekatmu. Dan kamu tidak ingin bertemu denganku. Tapi hal ini tidak berlangsung sejak awal perkenalan kita. Dulu kamu selalu ingin melihatku dan berada didekatku, kamu akan bersuara manja sambil mengungkapkan betapa rindunya kamu padamu. Tapi mengapa kini kamu tak lagi sama? Kini seolah rasa ini hanya dirasakan satu pihak saja.
    Apa kamu sadar bahwa terkadang aku sengaja menyulut pertengkaran agar bisa bertemu denganmu. Karena disaat bertengkar kita selalu bertemu untuk menyelesaikan masalah. Beberapa hari yang lalu kita bertemu dalam keadaan bertengkar. Kamu masih ingat bagaimana air mata membasahi pipiku? Mengalir melewati setiap lekuk wajahku. Aku menangis tersedu-sedu. Itu adalah pertama kalinya kamu melihatku menangis hingga seperti itu. Saat itu kamu berkata bahwa kamu lelah, kamu lelah menghadapiku. Lalu aku menjawab dengan suara lantang namun terisak, aku memintamu untuk pergi karena aku selalu membuatmu lelah. Tangisku semakin pecah setelah menyebutkan kata-kata itu. Aku merasa sangat sedih. Aku merasa tidak berguna. Orang yang aku cintai berkata lelah bahkan disaat aku menangis. Apa kamu setega itu? Aku aku semenyebalkan itu? Hingga kamu tak lagi meperdulikan perasaanku. Tapi entah mengapa semenyakitkan apapun perkataan yang keluar dari mulutmu, aku selalu melupakannya dengan mudah. Aku tak ingin terdengar egois. Aku tak ingin kamu terus berkata betapa egoisnya aku. Tidak bisakah kamu menyadari dan memahamiku sedikit saja? Aku tidak bermaksud untuk bersikap egois. Aku hanya ingin bersamamu, menatapmu, menggenggam erat tanganmu, memelukmu dan menghabiskan setiap waktu bersamamu. Tidak bisakah kamu merasakan hal yang sama dengan apa yang kurasakan? Apa permintaanku terlalu menyusahkan? Atau keinginanku terlalu egois? Jika kamu masih berkata bahwa aku egois untuk masalah ini, berarti kamu tidak merasakan hal yang sama. Apa yang kamu rasakan berbeda denganku.
    Ah, mungkin aku saja yang terlalu bodoh. Seharusnya aku sadar bahwa kamu memang tidak suka berada didekatku. Bahwa keberadaanku hanya mengusikmu. Entah mengapa aku terlalu buta sehingga tidak menyadari hal itu. Seharusnya aku sudah tau hal ini sejak kamu berubah. Apa aku yang dulu dan kini berubah? Sehingga membuatmu menjadi orang yang beda. Atau mungkin memang kamu yang berubah sehingga aku tak lagi mengenalimu. Kamu sangat berbeda dengan sosok pria yang aku cintai beberapa waktu yang lalu. Waktu itu kamu tak seperti ini, dan kini kamu berubah menjadi sosok pria yang tidak aku kenali lagi. Aku tak bisa lagi membaca isi hati atau pikiranmu. Aku tidak tau apa yang kamu pikirkan. Karena saat bersamaku, pikiranmu seolah tak bersamaku. Atau mungkinkah ada wanita lain yang kamu pikirkan? Ah, aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Karena aku tau kamu tidak mungkin begitu. Karena sikapmu itu membuatku terlalu banyak berfirasat. Tapi jika kamu memang tidak menyukai kehadiranku, bisakah kamu berpura-pura menyukainya? Bisakah kamu berpura-pura untuk peduli padaku? Setidaknya itu membuatku senang walau menyakitkan. Tapi itu lebih baik dari pada kamu bersikap tidak peduli. Maaf jika aku selalu merepotkanmu dan maaf karena aku terlalu tergantung padamu. Apa aku harus meminta maaf juga karena aku terlalu mencintaimu? Aku tau seharusnya aku tidak boleh terlalu bergantung padamu. Karena kita tidak abadi. Karena kita tidak mungkin selalu bersama seperti yang kita impikan. Seharusnya aku tau itu, kita hidup di dunia nyata bukannya dunia dongeng. Aku terlalu banyak bermimpi tentangmu. Mungkin mulai sekarang aku harus bersikap sewajarnya saja, hingga tidak merepotkanmu. Tapi sayang, aku masih mengharapkan kamu memenuhi keinginanku untuk menemaniku disaat aku butuh.  Bisakah?



Untuk kamu priaku,
Aku ingin kamu berada disisiku, membiarkan aku bersandar di pundakmu, merengkuh dalam pelukmu dan menggenggam erat tanganmu. Aku tak minta apa-apa. Aku hanya ingin kamu ada disaat aku butuh, disaat kehadiranmu sangat kubutuhkan. Bersedialah disaat itu. Dan aku sama sekali tidak bermaksud egois.

Saturday 17 May 2014

Sunshine

         Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah jendela kamarku. Matahari pagi ini sepertinya sedang tampak bahagia karena ia memancarkan cahaya yang terang dan hangat, bahkan aku dapat merasakan kehangatannya melewati setiap pori-pori dikulitku. Walaupun belum satupun tirai yang terbuka, cahaya pagi ini mampu membangunkan ku seolah aku baru bangun dari tidur panjang. Perlahan ku buka mata tanpa sedikitpun beranjak dari posisiku. Lalu aku berpikir, bisakah matahari itu membagi sedikit kebahagiaannya untukku? Suara burung-burung yang menyanyi dengan merdu dipagi sepi ku cukup meramaikan sedikit hatiku. Aroma tanah pun tercium sangat menenangkan hati, aroma yang segar akibat hujan lebat tadi malam. Malam tadi benar-benar malam yang sangat sunyap dan sepi, sama halnya seperti pagi ini, tak ada bedanya. Bahkan setiap harinya selalu seperti ini. Bisa dibayangkan bagaimana perasaanku yang selalu melalui hari-hari yang sama setiap harinya. Seolah aku hanya mengulang hari yang itu-itu saja. Seolah aku bagaikan seekor marmut lucu yang setiap waktunya hanya berlari didalam sebuah roda. Seolah telah berlari sangat jauh, namun kenyataannya aku masih ditempat yang sama. Bagaikan bunga mawar yang memiliki banyak bunga lain didekatnya, namun pada kenyataanya ia hanya sendiri bertumpu pada tangkainya. Seolah aku telah berteriak sangat kencang tapi segala hal sekitarku bagaikan ambigu, karena kenyataanya aku hanya sendiri bertumpu pada kedua kakiku. Seolah aku berada didunia ini hanya seorang diri.

        Tetes demi tetes air mata perlahan menyelinap dari sudut mataku, mengalir menelusuri setiap lekuk wajahku, dan berakhir meresap pada bantalku. Pandanganku masih lurus kedepan, tepatnya menatap langit-langit rumahku. Satu kata yang terbesit dalam benakku saat ini, sepi. Seolah aku tak ingin bangun lagi untuk menghadapi hidupku ini. Aku hanya ingin tidur lagi, jika bisa menjadi tidur panjang. Kembali kututup mataku, namun air mata itu kembali mengalir melalui sudut mataku. Kubiarkan ia mengalir tanpa kuusik sedikitpun. Seolah air mata ini berkata bahwa ia sangat lelah. Aku berteriak sekencang mungkin dalam hatiku. Aku selalu bercerita pada satu-satunya teman yang kumiliki, Tuhan. Aku bercerita tentang segala halnya, walaupun aku tahu Dia tahu segala hal yang kurasakan. Tapi tetap saja aku bercerita segala hal pada-Nya. Tentang keluh kesahku, senangku, sepiku, mimpi-mimpiku dan lelahku. Seolah hal yang kuceritakan selalu kesedihanku, seolah hanya sepi yang bisa kurasakan. Namun aku tahu, Tuhan tak pernah lelah mendengar kisah-kisahku. Tak ada yang lebih baik dari-Nya.

        Aku kembali membuka mata dan kulihat disekitarku. Kulihat segalanya tampak beku dan aku mulai merasa dingin. Segala hal yang kulihat seakan membeku seperti es yang telah lama membeku, seolah tak bisa cair lagi.  Kembali kutarik selimut, tapi dingin itu telah menusuk hingga ke dasar hati. Aku merasakan kebekuan itu tepat disini, dihati ini. Sangat dingin. Dingin ini sangat berbeda dengan dingin yang biasa kita rasakan saat musim dingin tiba. Walaupun salju menutupi seluruh kota, namun tetap saja tak sepadan dengan dingin yang kurasakan disini. Setidaknya jika dingin itu berada diluar, masih ada api unggun yang menghangatkan. Namun jika dingin yang sangat membekukan itu berada didalam hati ini, apakah bisa dihangatkan dengan api unggun? Tentu saja tak bisa.

         Aku bisa menahan napas. Aku bisa menggigit lidahku. Aku bisa memalsukan senyuman. Aku bisa memaksa diri untuk tertawa sekencang mungkin atau sebahagia mungkin. Aku bisa menari dan memainkan peran, peran apapun itu. Aku bisa menjadi sepalsu mungkin. Aku bisa melakukannya. Namun pada kenyataannya aku hanyalah seorang manusia dan aku berdarah ketika aku terjatuh. Dan surgapun tahu aku telah mencoba.


Teruntuk matahari,
Matahari yang selalu menyinari dan memberi kehangatannya pada siapapun. Walaupun tak seorangpun yang ada untuk menemani matahari itu. Namun matahari tak pernah mengeluh akan rasa sepi yang ia rasakan. Tapi aku selalu disini untuk menemanimu, matahari.