Friday 8 November 2013

Kamu yang ku rindukan



Sejak beberapa minggu belakangan ini, kamu menjadi seseorang yang bertahta dihatiku. Seperti seseorang yang mengendalikan hati dan benakku. Kamu mempunyai tempat special dihati ini. Apa kamu tahu hal itu? Setelah berjalan beberapa minggu, dari waktu ke waktu perasaan ini semakin menemukan titik puncaknya. Bahkan telah menemukan tempat untuk berlabuh, tempat yang kurasa nyaman untuk bisa bertahan selama mungkin. Tempat yang membuatku tak ingin pergi. Aku terlalu nyaman dengan tempat itu, dihatimu. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika nanti kamu pergi menghilang dari hari-hariku. Karna kini kamu telah menjadi bagian dari setiap hembus nafasku. Bahkan aku selalu membawa namamu dalam percakapan panjangku dengan Tuhan. Sepenting itu kamu dikehidupanku. Mungkin di matamu aku terlihat tidak mau tahu atau sebagainya, tapi hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rindu. Aku tak terbiasa dengan pengungkapan. Aku terbiasa memendam perasaan sedalam mungkin tanpa pernah berfikir untuk mengungkapkannya. Tapi denganmu, aku mulai belajar bagaimana pengungkapan dan seperti apa itu cinta. Tanpa menyangkal, kini hidupku menjadi lebih berarti semenjak kehadiran sosokmu. Hitam dan putih kini menjadi lebih bewarna semenjak sosokmu hadir mengisi setiap ruang-ruang kosong dihatiku. Entah itu warna gelap ataupun warna terang yang kamu torehkan dalam hari-hariku. Yang jelas saat ini ataupun nanti, aku ingin kamu tetap terus bertahan dihatiku. Bertahan untuk selalu menggenggam jemariku dan terus merasakan ketakutan, ketakutan akan kehilanganku. Tapi aku selalu meyakinkanmu bahwa aku tak akan pergi sayang. Bagiku, kamu adalah rumah dimana tempat aku harus pulang dan menuju. Kemanapun aku pergi, aku akan kembali ke rumahku, yaitu kamu.

Tapi seiring berjalannya waktu perubahan demi perubahan pun terjadi, mungkin ini hanya perasaanku saja. Tapi firasat ini membuatku risih. Aku merasa kamu telah berada pada titik jenuh saat ini. Jujur, beberapa orang meninggalkanku karna hal itu. Dan aku tak ingin kamu pergi dengan alasan yang sama seperti beberapa orang dimasa laluku. Jika kamu memang jenuh denganku, aku hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa mungkin aku memang bukan penyebab kebahagiaanmu. Aku bukan tipe yang dengan mudah mengerti perasaan orang, tapi aku tipe yang butuh penjelasan untuk mengerti. Sayang, aku bukan cenayang atau mind reader. Aku butuh penjelasan akan segala perubahan sikapmu. Dan aku juga bukan tipe orang yang bermanis-manis saat kamu menunjukkan sikap jenuhmu, aku tak bisa seperti itu. Aku tak akan menahanmu jika itu alasan mu untuk pergi, walaupun aku sangat ingin menahanmu untuk selamanya dan semampuku. Tapi wujud cinta bukanlah keterpaksaan. Aku tahu, aku tak mungkin memaksamu untuk menjadikan aku satu-satunya. Jika kamu memang jenuh, aku rasa aku tak perlu membuatmu kembali seperti dulu lagi. Karna aku yakin jika kamu memang cinta 'seperti yang kamu bilang' kamu seharusnya tahu bagaimana cara menyikapi rasa jenuhmu. Dan aku rasa aku telah melakukan segala yang terbaik bagimu. Kali ini aku mencoba untuk menjadi yang kamu minta, menjadi apa yang kamu mau, menjadi seperti yang kamu inginkan. Bahkan jika yang kamu inginkan itu bukan seperti aku yang seharusnya, tak apa, aku rela sayang. Jika hal itu bisa membuatmu betah untuk tetap berada disampingku, untuk tetap menggenggam erat jemariku dan tak melupakan kata-kata cinta yang selalu kamu ucapkan. Tapi jujur saja, aku merindukan kamu yang dulu dan kita yang dulu. Kemana perginya kamu yang dulu? Apakah kamu yang dulu telah berpaling ke genggaman wanita lain? Aku harap firasat aku kali ini salah.

Sekali lagi sayang, aku tak akan bisa mengerti bagaimana perasaanmu saat ini jika kamu tak mengatakannya. Tak apa jika hal itu ternyata pahit, tapi setidaknya aku tidak lagi kebingungan menghadapi sikap anarkismu. Tapi kali ini kamu benar-benar membuatku jatuh, aku merasa kehadiranku tak lagi kamu butuhkan. Atau cinta yang kamu rasakan padaku hanyalah cinta sesaat? Sehingga kini kamu telah menemukan titik jenuhnya. Kini yang aku tahu hanyalah menunggu, menunggu saat dimana kamu akan menjelaskan segala perubahan ini. Dan kini namamu sangat ku nantikan untuk hadir dalam getar diponselku. Sayang, aku bukanlah sebuah games yang hanya kamu mainkan disaat kamu ingin atau merasa jenuh. Tapi aku ingin menjadi rumah untukmu, tempat kamu pulang. Bukannya persimpangan jalan yang hanya kamu singgahi.

Aku tak ingin cinta ini akhirnya hanya menjadi ambigu yang meluap di antara udara-udara yang menghilang. Aku tak ingin hanya menjadi persimpangan jalan yang hanya kamu singgahi, bukannya menjadi tempat kamu menetapkan diri. Tapi jika ternyata kamu benar-benar pergi, aku tak tahu dimana harus menyandarkan diri. Aku tak tahu kemana aku harus mengarahkan diri. Jika kamu pergi, aku tak lagi punya tujuan sayang. Karna kamu adalah tujuanku. Aku akan kehilangan arah jika kamu pergi. Bahkan aku tak tahu kemana arah angin membawa ku nantinya. Tapi aku berharap jika itu memang terjadi, aku ingin arah angin itu membawaku untuk kembali bersamamu. Kembali menemukan kita yang dulu. Kamu yang dulu. Kamu yang aku rindukan. Mungkin kamu tak tahu seperti apa rasa rindu menggebu yang aku miliki saat ini. Saat ini, detik ini juga aku ingin memeluk erat tubuhmu dan menggenggam erat tanganmu. Mengisyaratkan aku tak ingin kamu pergi, aku ingin menahanmu selama mungkin, bahkan jika kamu tak inginkan hal itu. Tapi sayang, rasa rindu ini kini hanya meluap bersama udara tanpa arah tujuan. Apa kamu rela jika rasa rinduku tak punya arah seperti itu? Apa kamu tak takut jika rasa rinduku pindah ke hati yang lain? Tentu aku tak menginginkan hal itu, tapi itu hanya untuk menyadarkanmu bahwa aku ada. Sosokku ada sayang, aku sosok yang selalu menunggu kepulanganmu.


Untukmu sayang, jangan pernah berubah, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Karna tangan ini akan menahanmu selama mungkin, sebisa mungkin, semampuku. Jadikan aku tempat untuk pulang bagimu. Karna aku akan menunggu kepulanganmu. Aku akan menyambut kepulanganmu dengan penuh senyuman, miris tapi bahagia, tak apa.