Tuesday 3 March 2015

Losing You

Ada yang bilang bahwa cinta itu sifatnya tak abadi. Cinta akan hilang setelah beberapa waktu dan yang tertinggal hanya kasih sayang. Tetapi aku menutup telinga dan tak mendengarkan hal-hal seperti itu. Aku terlalu muna hingga mengacuhkan segala hal tentang itu. Aku terlalu percaya bahwa ada cinta yang abadi dan aku percaya cinta kita abadi. Aku sangat percaya tidak akan ada yang berubah hingga kita tak bernyawa, terutama tentang cinta. Cinta kita terlihat bergitu besar dulu, hingga membuatku percaya ini akan bertahan. Kamu pun juga selalu mengatakan akan mencintaiku selamanya seperti saat pertama kamu jatuh cinta padaku. Hingga aku sadar kini segalanya tak lagi sama.

Pada titik ini aku mulai sering meneteskan air mata. Hatiku merasakan semua perubahan ini, perubahan sikap dan hatimu. Aku sangat berharap cinta ini akan berlangsung hingga akhir hayat. Aku berpikir cinta kita ini akan berlangsung selamanya. Namun segala perubahan ini membuatku terluka. Hati ini teriris secara perlahan. Kamu melukaiku. Segala perubahan pada dirimu membuatku kaget dan sedih. Dulu kamu berkata akan mencintai selamanya dan tak akan pernah berubah. Tapi kini segalanya tak lagi sesuai dengan yang kamu katakan dulu. Kamu selalu bilang bahwa tak akan ada yang berubah, karena bukan kamu yang merasakan, namun aku.


Pada awalnya kata cinta mulai tak lagi kudengar dari dirimu, kata itu menjadi sangat langka. Sikap dan pandanganmu padaku pun juga berubah, sangat drastis. Membuat sesak didada. Melihatmu kini membuatku ingin menangis dan memanggil dirimu yang dulu. Mana kamu yang dulu? Kamu yang tak pernah lupa mengatakan cinta dengan tulus, kamu yang tak pernah lupa untuk mengabariku, kamu yang selalu ingin didekatku, kamu yang selalu terlihat bahagia saat bertemu denganku, kamu yang selalu menjagaku, namun aku kehilanganmu. Walaupun kamu masih milikku tapi segalanya hanya seperti ambigu. Kamu tak lagi berada dalam genggamanku, kamu lepas dari tangan ini. Seolah kamu tak teraih olehku. Kadang aku berpikir, apa kamu masih milikku?

Senyuman itu dan rasa bahagia itu tak lagi terlihat saat kita bertemu. Kamu sama sekali tidak tersenyum saat kita bertemu, padahal yang kulihat dulu kamu sangat bahagia jika melihatku. Sikapmu sangat berubah. Kadang aku merasa itu bukan kamu, aku tak lagi mengenalmu. Aku terus bertanya pada diri sendiri, bagaimana cara mengembalikan dirimu yang dulu? Aku berusaha mencari cara agar kamu kembali, agar cintamu kembali. Namun aku tak menemukan caranya. Aku mati rasa, aku benar-benar tidak tau cara mengembalikannya. Dengan dirimu yang kini, kamu tak pantas mendapatkan cinta sebesar cinta ini karena cintamu tak lagi sama. Kamu tak pantas mendapatkan cinta setulus ini. Kamu terlalu jahat telah menyakitiku. Dulu kamu berkata tidak ingin melihatku menangis, namun kamu tau? Saat ini aku sedang menangis, karenamu, karena perubahanmu.

Aku putus asa, aku tak tau lagi caranya. Aku hanya berharap bisa kembali pada saat-saat kamu mencintaiku dulu. Pada masa itu segalanya begitu indah. Kamu bahkan selalu tersenyum saat kita bersama, kamu terlihat sangat bahagia. Kamu juga tak melepaskan genggaman tangan kita. Namun kini sayang, tatapanmu padaku sangat menyedihkan untukku. Tatapan itu tak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Seolah aku ingin menangis saat melihatmu. Seolah aku ingin berteriak tepat didepan wajahmu, meminta orang yang aku cintai kembali. Aku tak lagi mengenalmu. Aku tak menyangka, cinta yang begitu besar bisa berubah hingga seperti ini. Sayang, apa kamu telah menemukan penggantiku? Jika iya, apa kamu setega itu melukaiku? 

Baru kali ini aku buta, aku buta hingga tak dapat membaca isi hatimu. Aku benar-benar tidak tau apa isi hati itu. Apa kamu mencintaku atau tidak. Bagaimana perasaanmu padaku kini? Aku sangat ingin mengetahuinya. Bahkan aku bertanya tentang bagaimana perasaanmu saat ini. Namun kamu tak dapat menjawab. Iya memang kamu menjawab dan berkata bahwa cintamu masih sama seperti dulu. Namun itu bukan jawaban yang akan kamu katakan dulu, saat kamu masih mencintaku. Itu bukan jawabanmu sayang, kamu tak akan menjawab seperti itu. Hati ini semakin hari semakin dalam oleh luka, cinta ini semakin lama semakin disiakan, ketulusan ini semakin lama semakin terabaikan. Aku putus asa untuk mengembalikan cintamu.

Masih adakah cinta itu? Jika masih, kembalikanlah ia lagi. Namun jika tidak, tinggalkanlah aku dengan segala goresan luka ini.