Wednesday 29 May 2013

Dalam diam aku selalu memperhatikanmu


               Langkahku terhenti didepan perpustakaan sekolah. Pandanganku langsung tertuju pada seseorang. Seseorang itu memperlihatkan senyuman manisnya yang berhasil membuatku terpesona pada saat pertama kalinya. Dia juga seorang murid baru, sama sepertiku. Dia berjalan kearah ku dengan diiringi para senior. Tidak, kini dia berada tepat dihadapanku. Para senior bersekongkol mengerjaiku dan dia, karna saat itu kami bernotaben sebagai anak baru di sekolah ini. Dia menyodorkan setangkai mawar merah kepadaku. Tentu saja masih dengan senyuman itu. Aku tidak tahu harus bagaimana pada saat itu, apakah aku harus menerima bunga itu atau aku harus lari menghindarinya? Tentu saja itu bukan ending yang diinginkan setiap orang yang sedang menonton adegan kami.
                Tanpa permisi dia telah membuatku jatuh hati. Tanpa kusadari jantung ini berpacu lebih kencang. Wajahku memerah, tak bisa kubayangkan seperti apa rupaku saat itu. Setiap orang yang ada disana memintaku untuk menerima mawar itu. Sebenarnya tanpa diminta pun, aku akan tetap mengambil mawar itu. Karna aku telah jatuh padanya, pada pandangan pertama. Bukan karna aku mudah untuk jatuh hati, tapi karna itu dia, dan jika itu bukan dia, mungkin aku tak akan merasakan perasaan ini. Lalu pada akhirnya aku mengambil setangkai mawar merah itu dari tangannya yang sepertinya hangat, aku bisa merasakan kehangatan itu.
                Ia melontarkan kata-kata yang biasa diartikan orang-orang sebagai pengungkapan perasaan. Detak jantungku semakin tidak beraturan. Semoga dia tak menyadari hal ini, semoga ia tak mendengar detak jantungku. Betapa malunya jika dia tahu. Ya itu memang hanya permintaan dari para senior. Mungkin dia hanya menganggap hal itu biasa. Tapi entahlah, hal itu seperti nyata bagiku. Andai saja….
                Pada akhirnya kami hanya melewati satu sama lain. Aku berjalan kearah jalan yang telah dilaluinya, begitu pula sebaliknya. 1..2..3..4.. pada hitungan ke empat aku memutar kepalaku, tapi tidak dengan badanku. Aku hanya tidak ingin ini terlihat terlalu klise bagi orang-orang yang melihat. Aku menatap punggungnya, punggung itu terlihat agak bungkuk. Dia berjalan semakin menjauh, hingga tak dapat lagi kulihat sosoknya. Aku terus menatapnya hingga sebuah suara membuyarkan lamunanku. Ah para senior ini mengusik lamunanku.
                Dan kini aku duduk dibangku kelas 2 sekolah menengah atas. Seseorang yang memakai seragam putih abu-abu dengan sepatu kets hitam-putih itu tidak luput dari perhatianku. Entah mengapa, dia selalu terlihat mencolok bagiku, entah memang karna dia lebih sering memakai seragam berbeda dari yang lain, seperti hari ini dia memakai seragam putih abu-abu dihari yang seharusnya memakai baju olahraga atau karna dia memang selalu menjadi perhatianku. Ya, dia masih orang yang sama. Seorang lelaki dengan setangkai mawar merah ditangannya, tepatnya setahun yang lalu...
Diam-diam mataku selalu mengikuti setiap langkahnya. Bahkan terkadang tanpa kusadari, langkahku mengikuti langkahnya, mungkin ini terdengar sangat konyol. Hal ini sudah seperti aktivitas yang selalu kulalui setiap harinya. Tetapi aku menyukai hal seperti ini, mengaguminya secara diam-diam. Bahkan aku pernah memotretnya secara diam-diam dengan kameraku. Mungkin ini terdengar menakutkan jika dia tahu, tetapi percayalah ini hanya keisenganku saja dan itu hanya sekali..

Aku selalu lupa bagaimana caranya mengatur detak jantungku ketika bertemu kamu. Kala itu jantungku selalu berdegup lebih kencang.

                Salah satu temanku yang temannya juga diam-diam menyadari perasaanku. Apa perasaanku sangat mencolok? Aku tidak tahu seperti apa orang melihatnya. Perlahan aku merasakan sesuatu yang aneh. Mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi ini seperti nyata. Kurasa dia membenciku. Aku tidak tahu kenapa, mungkin dia mengetahui bahwa aku mengaguminya. Tapi kenapa dia marah? Oh, mungkin dia tidak suka denganku. Aku mulai bertanya-tanya dan menjawab sendiri pertanyaan yang telah aku ajukan sendiri. Aku fikir, aku mulai gila. Aku berfikir seperti itu karna sifatnya yang aneh akhir-akhir ini. Dia terlihat berbeda saat melihatku. Mata itu, entahlah aku tidak tau bagaimana cara mengartikannya. Dia sangat abu-abu bagiku...
                Mungkin aku terlalu sering memperhatikannya. Sepertinya dia baik, cara bicaranya, tingkahnya, aku suka. Sesekali aku mendengarnya berbicara dengan temannya, suaranya halus, dan aku suka mendengarnya. Mungkin kalau aku dekat dengannya, aku akan mendengarkan ceritanya walaupun itu sampai seharian atau mungkin berhari-hari, aku siap mendengarkan. Itu hanya karna aku suka mendengar suaranya. Dan tentu saja segala hal yang ada pada dirinya.
                Aku meniti langkahku menuju aula. Saat itu adalah saat pengambilan nilai pelajaran olahraga. Oh tidak, aku melihat keberadaannya disana. Dan ternyata dia juga akan mengambil nilai olahraga, sama sepertiku. Dia sedang berdiri didekat guru untuk meminta kertas nilai. Dengan nekatnya aku berdiri didekat dia dengan modus untuk meminta kertas nilai juga. Aku memberikan uang kepada guru pl untuk membayar kertas nilai itu, tetapi uangku berlebih. Secara tidak langsung aku membayarkan kertasnya, tapi percayalah ini bukan modusku. Tetapi pada akhirnya dia tidak berterima kasih kepadaku melainkan kepada temanku. Pada saat itu aku semakin yakin bahwa dia membenciku.
                Jatungku berdegup sangat kencang, tanganku mulai berkeringat. Tidak, aku tidak bisa mengatur detak jantungku. Kusadari hal ini bukan karna grogi akan ambil nilai, tapi karna ada dia disini.
                Saat berlari, dengan sengaja aku mengambil posisi yang dekat dengannya, aku tahu terlalu banyak modus yang telah aku lakukan. Aku tak punya maksud lain, hanya saja aku ingin berada didekatnya, itu membuatku nyaman. Hanya ada satu orang antara aku dan dia. Peluit tanda mulai pun ditiupkan. Tidak, ini sangat konyol. Aku tersenyum selama berlari. Bahkan terkadang aku berlari sambil melihat ke arahnya. Aku melihatnya, dengan sekuat tenaga dia berlari untuk mencapai standar nilai yang ditentukan. Dia terlihat bersinar karna posisi lari yang diambilnya adalah posisi yang paling pinggir, posisi yang dekat dengan jendela. Posisi itu membuat teriknya matahari dapat dirasakannya, membuat sinar matahari menembus sosoknya. Tapi tanpa sinar mataharipun, dimataku dia akan tetap bersinar. Karna dia adalah sosok yang kukagumi. Bahagia, malu, deg-degan semuanya bercampur baur. Detak jantungku ikut berpacu dengan larianku. Aku tidak bisa mengendalikan ini. Tapi entahlah apa yang dirasakan dua orang dariku itu. Aku rasa dia biasa saja atau mungkin tidak menganggap? Tapi yasudahlah, aku masih menikmati kebodohan ini...
               Aku terus berlari untuk menunjukkan kepadanya bahwa aku tidak lemah. Tapi ya tentu saja aku lebih dulu gugur dibanding dia, karna standar perhitungan lari cowok dan cewek dibedakan. Dan aku sudah melewati 1 level yang seharusnya. Aku melihatnya terus berlari hingga tidak lama setelah aku gugur dia juga menyerah. Kali ini aku berlari dengan sangat bahagia, bahkan aku tak dapat merasakan lelah karna berlari. Aku terlalu bahagia karna kamu berada dekat denganku.
                Entah apa yang membuatku seperti ini, yang aku tahu aku menyukaimu...

                Siang ini, aku berjalan melewati gallery sekolah. Aku melihat pantulannya dikaca gallery, ia  sedang bermain gitar. Saat itu dia melepas seragam putihnya, dan kini ia hanya memakai kaus putih. Aku meneruskan langkahku ke kantin. Dan kembali ke kelas melewati jalan yang sama, yaitu gallery. Saat akan melewati pintu gallery, aku melihatnya berdiri di ambang pintu gallery masih dengan gitar ditangannya, ia sedang berbicara dengan temannya. Saat aku berjalan mulai dekat dengannya, ia berbalik badan dan masuk kedalam  gallery. Saat aku telah melewatinya, aku melihat kebelakang, dan kutemukan dia kembali keluar melanjutkan percakapannya dengan temannya. Ya kini aku sangat yakin apa yang dirasakannya. Saat itu aku mencoba terlihat biasa didepannya. Karna aku takut dia akan semakin membenciku. Dan aku benar-benar tidak menginginkan hal itu terjadi. Sungguh
               

Aku tak tahu apa yang ada didalam pikiranmu, mungkin kamu berfikir aku ini hanyalah parasit yang mengganggu kehidupanmu. Tapi bisakah kamu mendengarkanku sekali saja, perasaan ini aku tidak tahu kapan pastinya ia datang, aku tidak tahu kenapa dan bagaimana ia bisa terjadi. Aku hanya mengikuti alurnya, dan perasaan ini mengarah ke kamu. Apa aku salah?


                 Tak bicara banyak, tapi lebih memilih memperhatikan dari jauh. Terus menatap dari jauh meskipun ingin menyentuh. Entah menunggu apa dan siapa. Perasaan ini semakin hari semakin tumbuh, tetapi tak ada yang memperdulikan. Perasaan yang tak terlihat karna tak adanya pengungkapan. Mengagumi tanpa adanya kejelasan. Yang jelas kini aku masih menikmati kebodohan ini..
Dan bukankah malaikat tak mengatakan bahwa ia adalah malaikat....